Friday, January 06, 2006

OFFICE POLICY

POLITIK KANTOR
Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar istilah ini. Yah, sebagaimana kita sering mendengar istilah politik di negara ini dan tahu bagaimana peranan politik itu dalam kehidupan bernegara.....politik kantor juga memiliki peranan dalam kehidupan bekerja di kantor. Nah, hal dibawah ini aku share-kan berkaitan dengan politik kantor sebagaimana yang diceritakan oleh rekan-rekan kerjaku maupun teman di luar kantor.


Beberapa hari ini aku mendapatkan cerita-cerita dari teman-teman, baik teman kantor maupun teman non kantor. Semuanya menceritakan.......mmm......sebenarnya mengeluh lebih tepat......mengenai sikap beberapa rekan kerja maupun atasan ataupun orang yang tidak berhubungan langsung dengan mereka di kantor. Teman-temanku heran dengan sikap mereka yang dapat berlaku seperti itu. Ckckckck...."Tak terduga", kata mereka.


Teman-temanku menceritakan bahwa orang ini perilakunya seperti ini.....kalo bekerja maunya yang begitu......kalo diminta tolong tidak mau, maunya minta tolong orang dengan sikap meminta yang manis (karena ada maunya) .....suka mengejek dengan sungguh2 sehingga menyakitkan hati ...... dan banyak perilaku lainnya yang aku sendiri pun menjadi naik emosi bila mendengarnya dan sepaham dengan mereka....KOQ BISA SEH MEREKA BERBUAT BEGITU?


Memang seh....beberapa dari kita sangat bersemangat menceritakan keburukan orang lain..bahwa si dia itu begini2 loh......begitu2 loh......jangan mau kalo diminta tolong oleh mereka.....jangan mau kalau berteman dengan mereka....usahakan jangan menjadi bawahannya....jangan mau bekerja sama dengan mereka.....dan masih banyak lagi.

Tetapi, secara tidak kusadari, ternyata hal ini dapat membawa pengaruh negatif bagiku terhadap orang yang diceritakan oleh teman2ku. Maksudku, aku menjadi terpengaruh dengan perkataan mereka sehingga beberapa kali memiliki penilaian yang negatif juga terhadap orang-orang yang tidak disukai oleh teman-temanku.Ini mempengaruhi dan terekam dalam pikiranku sehingga ketika aku bertemu dengan orang2 tsb...rekaman itu muncul secara otomatis sehingga aku pun segera membuat BENTENG PIKIRAN...supaya tidak mengalami hal-hal yang menyakitkan hati.



Memang, aku juga yang salah (atau benar yah?) kenapa sampai aku memberikan telingaku terhadap hal-hal yang negatif. Aku ingin tahu terhadap kekurangan2 orang lain. Aku...Aku juga manusia lho

Aku yakin, masih ada hal-hal yang baik yang dimiliki oleh orang2 yang telah bertindak negatif terhadap teman2ku itu. Ya tidak?

Well, setelah memikirkan hal ini masak-masak maka inilah yang akan aku lakukan:
* Menampung keluh kesah teman-temanku dan tidak memberikan respon yang semakin memojokkan dan mempersalahkan.

* Dapat bersikap dengan wajar bila bertemu dengan orang2 yang diceritakan oleh teman2ku ("GOD please help me." ).

* ada yang bisa bantu aku akan langkah2 lain yang dapat dilakukan.....???



Sunday, January 01, 2006

How much we value our job?

Pada acara Corporate Gathering dari kantor sekitar medio Desember 2005, JANSEN SINAMO, kerap dikenal sebagai Mr. ETHOS Indonesia, menyampaikan satu cerita nyata yang beliau alami ketika sedang makan dan berdiskusi dengan teman-temannya di suatu restoran di Jakarta.

Ketika mereka sedang berdiskusi, seorang anak perempuan sambil membawa bakul makanan menghampiri meja mereka dan menjajakan kue-kue yang dibawanya. Dia menawarkan kepada teman wanita dari Mr. Jansen, yang merupakan bendahara dari organisasi dimana Bp. Jansen bergabung. Pada awalnya, ibu itu mendiamkan saja. Tetapi, ketika si anak tsb tetap menjajakan dagangannya, dia mulai menjadi tidak tenang. Merasa terusik, ibu tersebut mengeluarkan selembar uang kertas sebesar Rp. 1.000 dengan maksud "mengusir". Tetapi si anak tidak mau menerima dan tetap menawarkan dagangannya.

Ketika Mr. Jansen melihat hal itu, beliau mengeluarkan selembar uang kertas sebesar Rp. 5.000 dengan maksud yang sama, "mengusir" si anak. "Kayaknya yang diberikan oleh temanku kurang besar jumlahnya,'' pikir Mr. Jansen dalam hati. Tetapi, si anak tetap tidak mau menerima dan tetap menjajakan dagangannya. Akhirnya, beliau berbicara kepada anak tersebut.

Jansen (J) : "Mengapa kamu tidak mau menerima uang pemberian saya?"
Anak (A) : "Kata ibu, saya tidak boleh menerima uang dari orang. Saya harus menjajakan kue yang dibuat oleh ibu."

Akhirnya, beliau mengeluarkan sejumlah uang dan memborong semua kue yang dijajakan si anak walaupun sebenarnya mereka telah makan beberapa jam yang lalu.

Peristiwa yang sama aku alami ketika memulai hari di tahun 2006 di kota Kembang. Waktu itu, Minggu, 1 Januari 2006, kami sekeluarga berbelanja (egh..aku yg banyak belanja seh). Ketika mampir di Edward Forrer di jln Riau, seorang anak lelaki berusia kurang lebih 10 tahun menghampiriku dan menawarkan 1 lembar koran terbitan hari Minggu, 1 Jan 2006, yang sedang dipegangnya. Kemudian (seperti yang di pilm-pilm itu) tiba-tiba aku teringat cerita yang disampaikan Pak Jansen. Aku memprediksikan bahwa memang anak ini akan menolak bila aku memberikan dia uang untuk mengusir konsentrasiku dalam berbelanja. Ahirnya aku menanyakan berapa harga koran tsb dan memberikan kepadanya sejumlah uang lebih tanpa meminta sisa kembalian.

Lesson learned yang kuperoleh adalah seberapa kecil pekerjaan atau hasil yang diperoleh si Anak tetapi dia tetap menghargai pekerjaannya (he values his job - ed) itu, terlebih lagi, dia mematuhi perkataan sang Ibu.

Sering kali aku berpikir mengenai pekerjaan yang saat ini sedang aku geluti...Apakah ini yang sesungguhnya kukehendaki? Atau, apakah ini yang sesungguhnya DIA kehendaki? Ada dua hal mendasar yang berbeda atas jawaban dari kedua pertanyaan tsb. Jawaban atas kedua pertanyaan itu pula akan mempengaruhi aku/kita dalam berperilaku di dunia kerja...di perusahaan tempat aku/kita sekarang bekerja.

Semakin sering aku renungkan, semakin sering pula aku bersyukur bahwa aku diberi kesempatan untuk berkarya di perusahaan dimana aku bekerja sekarang....yah berkarya...sama seperti DIA tetap berkarya sejak hari penciptaan.