Wednesday, December 14, 2005

Lagu Daerah #2

Beberapa hari ini, setelah aku eksplorasi dari berbagai sumber, aku menemukan ternyata sangat banyak lagu dalam bahasa daerahku, Batak, yang telah dikarang sejak jaman baheulaa.. belum lagi bila digabung dengan lagu-lagu yang diciptakan pada beberapa tahun terakhir. Betapa banyaknya kekayaan seni yang dimiliki oleh daerah asal orang tuaku!

Umumnya, lagu-lagu tersebut menceritakan tentang kenyataan yang pahit, menyedihkan sampai menggembirakan. Berikut merupakan lagu lanjutan dari post terakhir (Lagu Daerah #1) yang hendak aku ceritakan :


MANGKULING GIRING-GIRING
Mangkuling giring-giring, di parsirangan ni taon
(Berbunyi lonceng gerja di pergantian tahun)
Halak martaon baru, ianggo au lao do tu udeanmi
(orang-orang merayakan tahun baru, tetapi saya pergi ke makammu)
Dohot angka anggi ibotongki, sai tumatangis
(Bersama dengan adik-adik dengan berurai air mata)

Marsingga humaliang, di tepi udeanmi
(Kami berlutut di sekeliling makammu)
Songon anak ni manuk, nasai siok-siok
(Seperti anak ayam yang kehilangan induknya, menciap-ciap....)
Ai so adong indung na, lao mangulosi
(Tidak ada lagi induk yang mau menyayangi)

ch:
Hape damang nasumuan, dohot namanoroni i
(Tetapi ayah dan ibu tiri)
Lao do maredang-edang, so adaong nahurang i
(Mereka bersenang-senang, sepertinya kehidupan mereka tidak berkekurangan)
Tondong ni da inangi, nang tondong ni damang pe
Tung mandao sude, dung marujung ho inong
(Bahkan semua saudara dari pihak ayah & ibu menjauhi kami, setelah engkau meninggal, Ibu)

Sude dongan magodang, marpahean naimbaru
(Semua teman berbaju baru)
Ndang tarihuthon inong, udeanmi ma pinaias da inong
(Kami tidak dapat mengikuti mereka, kami hanya membersihkan dna merapikan makammu)
Marpodoman naimbaru ho inong, hami sai mali-mali.
(Engkau memiliki tempat tidur yang baru, sementara kami yatim piatu)

Sewaktu aku mendengarkan ayahku menyanyikan lagu ini, bulu kudukku merinding. Apalagi ketika aku mengetahui arti dari setiap syairnya..... sangat menyedihkan....Bayangkan bila ini terjadi padaku....padamu....

Tetapi, sekali lagi, lagu ini ditulis sebagai ekspresi dari kenyataan hidup yang telah terjadi, tidak hanya bagi mereka yang hidup di kampung tetapi juga...di kota.