Sunday, January 01, 2006

How much we value our job?

Pada acara Corporate Gathering dari kantor sekitar medio Desember 2005, JANSEN SINAMO, kerap dikenal sebagai Mr. ETHOS Indonesia, menyampaikan satu cerita nyata yang beliau alami ketika sedang makan dan berdiskusi dengan teman-temannya di suatu restoran di Jakarta.

Ketika mereka sedang berdiskusi, seorang anak perempuan sambil membawa bakul makanan menghampiri meja mereka dan menjajakan kue-kue yang dibawanya. Dia menawarkan kepada teman wanita dari Mr. Jansen, yang merupakan bendahara dari organisasi dimana Bp. Jansen bergabung. Pada awalnya, ibu itu mendiamkan saja. Tetapi, ketika si anak tsb tetap menjajakan dagangannya, dia mulai menjadi tidak tenang. Merasa terusik, ibu tersebut mengeluarkan selembar uang kertas sebesar Rp. 1.000 dengan maksud "mengusir". Tetapi si anak tidak mau menerima dan tetap menawarkan dagangannya.

Ketika Mr. Jansen melihat hal itu, beliau mengeluarkan selembar uang kertas sebesar Rp. 5.000 dengan maksud yang sama, "mengusir" si anak. "Kayaknya yang diberikan oleh temanku kurang besar jumlahnya,'' pikir Mr. Jansen dalam hati. Tetapi, si anak tetap tidak mau menerima dan tetap menjajakan dagangannya. Akhirnya, beliau berbicara kepada anak tersebut.

Jansen (J) : "Mengapa kamu tidak mau menerima uang pemberian saya?"
Anak (A) : "Kata ibu, saya tidak boleh menerima uang dari orang. Saya harus menjajakan kue yang dibuat oleh ibu."

Akhirnya, beliau mengeluarkan sejumlah uang dan memborong semua kue yang dijajakan si anak walaupun sebenarnya mereka telah makan beberapa jam yang lalu.

Peristiwa yang sama aku alami ketika memulai hari di tahun 2006 di kota Kembang. Waktu itu, Minggu, 1 Januari 2006, kami sekeluarga berbelanja (egh..aku yg banyak belanja seh). Ketika mampir di Edward Forrer di jln Riau, seorang anak lelaki berusia kurang lebih 10 tahun menghampiriku dan menawarkan 1 lembar koran terbitan hari Minggu, 1 Jan 2006, yang sedang dipegangnya. Kemudian (seperti yang di pilm-pilm itu) tiba-tiba aku teringat cerita yang disampaikan Pak Jansen. Aku memprediksikan bahwa memang anak ini akan menolak bila aku memberikan dia uang untuk mengusir konsentrasiku dalam berbelanja. Ahirnya aku menanyakan berapa harga koran tsb dan memberikan kepadanya sejumlah uang lebih tanpa meminta sisa kembalian.

Lesson learned yang kuperoleh adalah seberapa kecil pekerjaan atau hasil yang diperoleh si Anak tetapi dia tetap menghargai pekerjaannya (he values his job - ed) itu, terlebih lagi, dia mematuhi perkataan sang Ibu.

Sering kali aku berpikir mengenai pekerjaan yang saat ini sedang aku geluti...Apakah ini yang sesungguhnya kukehendaki? Atau, apakah ini yang sesungguhnya DIA kehendaki? Ada dua hal mendasar yang berbeda atas jawaban dari kedua pertanyaan tsb. Jawaban atas kedua pertanyaan itu pula akan mempengaruhi aku/kita dalam berperilaku di dunia kerja...di perusahaan tempat aku/kita sekarang bekerja.

Semakin sering aku renungkan, semakin sering pula aku bersyukur bahwa aku diberi kesempatan untuk berkarya di perusahaan dimana aku bekerja sekarang....yah berkarya...sama seperti DIA tetap berkarya sejak hari penciptaan.



No comments: