Tuesday, November 22, 2005

Bagaimana kalau saya sudah tidak mencintainya lagi?

Pernikahan

Kata ini bukanlah kata yang asing bagi setiap orang yang telah beranjak dewasa terutama bagi mereka yang telah memiliki suatu hubungan istimewa dengan pasangan berbeda jenis. Itu merupakan suatu stepping stone dalam menjalani kehidupan secara bersama-sama, mendapatkan dukungan, semangat, cinta, teguran, doa dll. Sungguh indah bukan?

Mana kala semua persiapan pernikahan dilakukan, semua doa dipanjatkan, janji setia diucapkan dan pesta diselenggarakan....itu merupakan rangkaian peristiwa yang mengiringi dua anak manusia memasuki suatu kehidupan yang baru, suatu "kapal" yang akan membawa nahkoda dan awak mencapai pelabuhan yang telah ditetapkan.

Seiring dengan berjalannya waktu, semua proses pernikahan dan rumah tangga yang telah dibentuk dapat dengan mudahnya "dicuri". Masalah dengan keluarga besar, baik dari pihak suami/isteri, masalah di kantor, masalah ekonomi, kurangnya perhatian dari isteri/suami bahkan hingga masalah rohani dapat membuat suatu rumah tangga berada dalam keadaan goyah. Pada akhirnya seorang suami/isteri akan berkata " SAYA SUDAH TIDAK MENCINTAIMU LAGI".

Sungguh menyedihkan bukan?

Tetapi, haruskah pernikahan yang indah dan suci mengalami akhir yang menyedihkan?

Dalam pandanganku, ITU TIDAK HARUS TERJADI! NO TO DIVORCE!
WHY? FOR GOD DOES'NT WANT THIS TO BE HAPPENED!!!

Allah berfirman " Aku membenci perceraian!" (Maleakhi 2:16). Bagiku, itu berarti keinginan untuk bercerai itu datangnya dari diri kita sendiri, suami/isteri, bukan merupakan jalan/kehendak Tuhan, sebagaimana yang diperkatakan oleh beberapa artis kita ketika ditanya pendapatnya tentang seputar perceraian yang terjadi pada rumah tangga mereka.

Keith Green, seorang yang takut akan Tuhan, ketika diminta berbicara kepada seorang isteri yang akan bercerai dengan suaminya, mereka berdua adalah pekerja di gereja, menasihati sang isteri demikian, "Alkitab berkata bahwa isteri harus mencintai suaminya. Alkitab tidak berkata Anda harus merasakan cinta, tetapi harus mencintai! Ini perintah. Cinta bukanlah PERASAAN atau ASMARA. Cinta merupakan tindakan berdasarkan KOMITMEN. IT IS A COMMITMENT, INDEED.

Dunia telah memutarbalikkan konsep cinta sedemikian rupa sehingga orang melompat dari satu hubungan ke hubungan berikutnya, dari pernikahan ke pernikahan berikutnya, semata-mata karena perasaan 'CINTA' sudah lenyap. Sebenarnya, perasaan tersebut bukanlah 'CINTA'! Itu hanyalah Asmara (perasaan romantis) yang datang dan lenyap seperti angin, tergantung suasana hari dan lingkungan sekitar, terutama kegirangan dan misteri dari sebuah hubungan yang 'baru'. Begitu sifat 'baru' itu lenyap, maka kita akan menemukan diri kita sedang tertidur di samping orang asing di tempat tidur kita - dan di sinilah TANTANGAN dimulai. Kita telah mengucapkan JANJI dan KOMITMEN untuk mencintai dan hidup bersama hingga maut memisahkan."

Kemudian, Keith berdoa dengan si isteri untuk menutup konsultasi tersebut. Dalam doanya, Keith meminta Tuhan agar membakar prinsip-prinsip pernikahan yang telah dikemukakannya ke dalam pemikiran wanita itu sehingga kemanapun ia pergi yang dapat ia lihat adalah perintah Allah untuk ' mengasihi suaminya'.

Setelah beberapa hari berlalu, sang isteri dan suaminya datang menemui Keith dan menceritakan bagaimana doa yang dipanjatkannya bersama dengan Keith telah memerdekakannya dari perasaan-perasaannya dan mulai mengerti bahwa CINTA bukanlah semata-mata sesuatu yang Tuhan perintahkan, namun juga sesuatau yang Tuhan mampukan untuk dia lakukan. Dan perasaan itu timbul setelah ketaatan. Si isteri berkata bahwa setiap kali ia melakukan tindakan ketaatan, dia benar-benar merasakan cinta terhadap suaminya!




TUJUAN PERNIKAHAN
Tujuan Allah bagi seorang suami/isteri Kristen adalah: untuk membuat isterinya/suaminya sukses dalam kerajaan Allah. Artinya, fungsi utama dalam pernikahan adalah untuk mendoakan, memberi semangat, menasihati dan mengoreksi dalam kasih, sehingga pasangan kita menyenangkan hati Allah.

Cinta berarti melayani sesama demi kebaikan mereka. Apabila kita menjadikan hal ini sebagai tujuan kita, maka kita tidak akan memiliki lagi waktu untuk mementingkan diri sendiri yang memicu argumentasi yang sekarang kita hadapi.

No comments: